Senin, 20 Oktober 2008

Indoor Vs Outdoor di Simpanglima

Oleh: Gatoet Wardianto (Angkatan 02)

SEPERTI dinyatakan Tutut (''Rame Kondhe'', 10 Januari 2005), revolusi ritel telah melanda kota-kota besar di Indonesia, yang antara lain berupa bangunan-bangunan pusat perdagangan ritel yang lazim disebut mal. Implikasinya secara nyata dapat dilihat di kawasan Simpanglima Semarang.

Kawasan yang semula direncanakan sebagai kawasan religius, budaya, dan pendidikan telah berubah menuruti logika kemauan pasar yang dikenal dengan istilah market driven oriented (Sudarto P Hadi, 2000).

Memang harus diakui, konsep perdagangan ritel modern dalam bentuk shopping mall memberikan kenyamanan bagi pengunjung, seperti temperatur udara di dalam ruang (indoor) yang dikondisikan sesuai dengan ''kenyamanan termal'' yang diinginkan dan fasilitas tangga berjalan. Dengan begitu, pengunjung dapat bertahan berjam-jam, bahkan seharian penuh berada di dalam mal. Malahan sekarang fungsi mal tidak lagi hanya sebagai pusat perdagangan, tetapi juga menjadi tempat rekreasi.


Dikotomi

Marilah kita amati kawasan Simpanglima secara keseluruhan yang terdiri atas fasilitas indoor yang disediakan oleh bangunan-bangunan perdagangan dan fasilitas outdoor yang berupa lapangan Simpanglima serta ruang-ruang terbuka lain di luar bangunan.

Kita seakan-akan dihadapkan pada pilihan masuk ke dalam bangunan mal yang menawarkan kenyamanan, kebersihan, bebas dari gangguan cuaca dan iklim, atau berada di ruang luar yang kurang terawat, tidak menyediakan fasilitas apa pun, terasa panas pada siang hari dan harus mencari tempat berteduh ketika hujan datang.

Jawabnya jelas, orang tersedot ke dalam ruangan yang nyaman, sedangkan ruang terbuka ditinggalkan. Kecuali mau cari makanan murah di kios-kios sekitar mal yang (maaf) dibumbui bau tidak sedap dari selokan di bawahnya.

Rencana Superblok

Rencana untuk menjadikan kawasan Simpanglima sebagai kawasan superblok yang dilengkapi jembatan penghubung sehingga pengunjung dapat berkeliling ke seluruh superblok tanpa harus keluar dari bangunan, dihadapkan pada rencana mengembangkan ruang terbuka Simpanglima menjadi kawasan pedestrian. Hal itu perlu didasari konsep yang dapat menyatukan kegiatan indoor dan outdoor.

Di Eropa, dengan biaya dari masyarakat Uni Eropa, sejak 2001 dilakukan penelitian-penelitian melalui program RUROS (Rediscovering the Urban Realm and Open Spaces) dan BUGS (Benefits of Urban Green Spaces) yang bertujuan mendorong warganya lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang luar.

Di Denmark, sejak 40 tahun lalu telah terjadi peningkatan kehidupan di ruang luar menjadi tujuh bulan, April sampai November dalam satu tahun, dibandingkan 30 tahun lalu yang hanya empat bulan, Mei-September (Koloed, N, laporan tahunan penelitian RUROS, 2002).

Di Indonesia belum ada penelitian mengenai hal ini. Namun dari pengalaman sehari-hari, rasanya kita dapat menghitung berapa jam dalam sehari kita berada di ruang luar. Salah satu alasannya, fasilitas untuk beraktivitas di ruang luar sungguh tidak memadai.

Sudah saatnya Pemerintah Kota memberikan fasilitas ruang luar yang lebih baik bagi warganya agar dapat lebih banyak menikmati ruang terbuka di perkotaan, khususnya bagi mereka yang tinggal di kampung-kampung yang padat dengan gang yang sempit tanpa ruang terbuka yang memadai.

Pemerintah Kota Kuala Lumpur, misalnya, sangat memperhatikan perencanaan ruang luar yang dicantumkan dalam program Urban Design and Landscape yang meliputi antara lain View Corridors and Gateways, Streetscape, Skyline, Landmarks and Building Heights, Green Network, Urban Space, Nodes, Plazas and Parks, River Corridors, dan Pedestrian Linkages (Structure Plan Kuala Lumpur, 2020).

Penulis sangat berharap rencana mulia Pemerintah Kota untuk menjadikan kawasan Simpanglima sebagai kawasan pedestrian akan menjadi prioritas utama dan benar-benar terwujud. Warga kota dapat menikmati hidup di ruang terbuka yang berkualitas, tidak hanya terkungkung di dalam bangunan-bangunan mal. Dengan begitu, akan terwujud keseimbangan antara pola hidup indoor dan outdoor bagi warganya.

Sumber : Suara Merdeka

0 komentar:

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008