Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Juni 2010

Sejumlah Mahasiswa Lakukan Aksi demo di Pilrek Undip

Semarang-Sebanyak 35 mahasiswa dan mahasiswi yang didominasi dari Fakultas hukum Undip, Semarang, melakukan aksi damai, di depan Auditorium Undip di jalan Imam Bardjo, Semarang.

Aksi damai itu dilakukan dalam suasana pemilihan rektor Undip untuk periode 2010-2014, yang diselenggarakan di Ruang Sidang Senat yang letaknya satu gedung dengan Auditorium Undip.


Meskipun tidak menggelar orasi tetapi para mahasiswa tersebut membawa alat peraga demo yang antara lain bertuliskan "Kami Butuh Rektor yang Demokratis, "Kami Butuh Rektor Memperhatikan Aspirasi Arus Bawah", "Jadikan Kampus Sebagai Rumah Kedua Mahasiswa, Kami Menginginkan Undip sebagai kampus rakyat" atau "Kami butuh Rektor berdedikasi tinggi dan Bekerja Nyata untuk Mahasiswa"

Sejumlah mahasiswa yang melakukan demo akhirnya diperbolehkan masuk oleh panitia pemungutan suara ke auditorium saat penghitungan suara tahap I sedang dilakukan.

Menurut Muhammad Nirwan, salah seorang aktivis mahasiswa yang ikut memgamati aksi tersebut sebetulnya aksi damai ini memang ada kecendrungan sudah dirancang sebelumnya. Sementara yang ikut aksi damai itu jumlahnya tidak seberapa 35 mahasiwa.

Nirwan mewakili teman-teman mahasiswa mengharapkan bahwa proses pemilihan rektor seperti ini harus melibatkan mahasiswa, tetapi dilemanya sistem pemilihan rektor yang saat ini masih memakai cara dipilih oleh anggota senat karena masih mengacu pada peraturan menteri Pendidikan Nasional tahun 2008.

Sehingga dalam peraturan tersebut mahasiswa selaku salah satu anggota civitas akademik tidak dilibatkan secara penuh.

Saat berita ini diturunkan penghitungan suara tahap kedua telah selesai dan Prof Sudharto P Hadi, MES, PhD berhasil mengumpulkan suara terbanyak dalam penghitungan tersebut.

Sumber: Suara Merdeka

Read more.....

Prof Dharto Rektor Undip 2010-2014

Semarang-Prof Sudharto P Hadi, MES, Ph D, berhasil memenangi putaran kedua pemilihan rektor Undip dengan mengumpulkan 62 surat suara.

Dari 115 surat suara dari anggota senat yang mengikuti pemilihan Rektor Undip periode 2010-2014, Prof Dr Susilo Wibowo, MS.Med.Sp.And hanya mendapatkan 43 suara, Sedangkan Prof Dr Arief Hidayat SH, MS memperoleh 10 surat suara.


Saat ini berita acara hasil pemilihan rektor sedang dibuat oleh pimpinan sidang, sidang pemilihan rektor ini sendiri berjalan tertutup.

Sumber: Suara Merdeka

Read more.....

Minggu, 16 Mei 2010

R. Siti Rukayah, Dosen yang Teliti Maraknya Pusat Ritel

Hobi Belanja, Sebut Warga Semarang Demenyar

R. Siti Rukayah, dosen Undip, meneliti banyak berdirinya pusat ritel di kawasan Simpang Lima, salah satu ruang publik di Kota Semarang. Dia mendapati banyak ruang terbuka yang telah menjadi ruang komersial. Seperti apa?

RICKY FITRIYANTO

---

SITI Rukayah menilai, pemerintah terlalu mengobral perizinan bagi mal dan pusat perbelanjaan, sehingga banyak tempat usaha yang kolaps karena kalah bersaing.

Sabtu (15/5) hari ini, wanita yang akrab disapa Tutut ini akan menjalani sidang promosi pengukuhan doktor. Disertasinya berjudul Simbiosis Ruang Terbuka Kota di Simpang Lima Semarang.


Melalui penelitiannya, wanita yang mengambil program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan Undip ini mendapati Pemkot gemar memberikan izin bagi mal dan pusat perbelanjaan di ruang terbuka dan jalan protokol.

"Ruang terbuka menjadi incaran karena menjadi tempat akumulasi masyarakat," kata wanita kelahiran Garut, 28 Juni 1968 ini.

Akibatnya, kata Tutut, banyak aset pemerintah yang dilepas kepada investor. Dia mencontohkan, GOR yang kini menjadi mal dan Hotel Ciputra. Wisma Pancasila yang menjadi Plaza Simpang Lima. Gajahmada Plaza yang menjadi tempat hiburan dan bioskop. Juga tanah kosong yang menjadi pusat perbelanjaan elektronik.

Padahal, awalnya pembangunan kawasan Simpang Lima yang diperintahkan Presiden Soekarno bertujuan untuk menggantikan ruang terbuka di Alun-Alun Utara. "Gejala ritelisasi di Kanjengan pada 1970- an terulang di Simpang Lima pada 1990-an," ujar istri Edi Purwanto ini.

Padahal, jika diamati, munculnya pusat ritel baru selalu membuat sepi pusat perbelanjaan lain. Dia mencontohkan berdirinya Mal Paragon, mulai membuat mal-mal lainnya sepi. Bahkan, Mal Ramayana sampai tutup karena kalah bersaing.

"Yang terjadi adalah hukum rimba. Mungkin kalau ada mal baru lagi, Paragon bisa kalah. Jadi sebenarnya pengunjungnya hanya pindah tempat saja," ujar dosen arsitektur Undip ini.

Dia berpendapat, orang Semarang sebagai demenyar, demen sing anyar alias selalu menggemari sesuatu yang baru.

Pemerintah, lanjutnya, juga seolah tak membatasi perizinan bagi ritel di ruang terbuka tersebut. Bahkan perizinan seakan diobral dan dikeluarkan terlalu sering. Menurutnya, sebuah pusat ritel rata-rata akan mengalami break event point (BEP) dalam 3-5 tahun. Setelah itu baru mereka bisa meraup laba.

"Namun yang terjadi belum ada 3 tahun mengeluarkan izin, pemerintah memberi izin bagi pusat ritel lainnya. Akibatnya ritel yang lama tidak bisa bertahan."

Yang tak kalah penting, masyarakat ternyata tak selalu tertarik pada ritel. Mereka juga tertarik pada bazar, yaitu istilahnya untuk para pedagang kecil dan PKL yang berjualan di luar ritel.

"Di Simpang Lima kalau hari Minggu kan dipenuhi PKL. Saat saya tanya ternyata banyak dari mereka yang pedagang Pasar Johar. Mereka mau jualan di situ karena omsetnya tinggi," kata ibu dari Fariz Addo Giovano, Sabrina Adine Vania, dan Chinve Abyatina Audrey tersebut.

Dari penelitiannya, pemilik lokal bazar tersebut ternyata cukup mampu. "Saat ritel sepi, mereka bisa memindahkan dagangannya ke dalam mal dengan perhitungan sendiri. Sekarang kan bisa dilihat di dalam mal pun ada penjual-penjual batik di sela-sela pameran mobil," tuturnya.

Dia meminta pemerintah juga memperhatikan sektor informal tersebut. Sebab, mereka juga mau membayar retribusi. Dan ternyata pusat ritel dan bazar pun bisa bersimbiosis.

Agar tak hanya terfokus di satu tempat, dia menyarankan pemerintah membuka ruang-ruang terbuka baru. Sebab ruang terbuka akan selalu menjadi tempat berkumpul masyarakat. "Kalau sudah begitu, investor pasti akan tertarik mendirikan usaha di situ."

Tutut mengaku memilih penelitian tersebut karena memang hobi shopping. "Jadi biar enjoy," imbuhnya. Untuk meneliti tema tersebut, dia juga menghabiskan satu tahun keliling Jawa. Tujuannya hanya satu, melihat Alun-Alun atau ruang publik di setiap kota yang didatangi.

"Tapi ini saya lakukan sembari piknik bersama keluarga," katanya. Hal tersebut dilakukan sebagai syarat disertasi. Sebab untuk program doktor, diharapkan penelitian yang dilakukan bisa diterapkan di setiap kota.

"Saya paling terkesan dengan Alun-Alun Sidoarjo karena seperti hutan kota. Alun-alun Tuban juga bagus karena berada di pinggir pantai."

Sumber : Jawapos Radar Semarang
Sumber Photo : Flickr

Read more.....

Siti Rukayah, Doktor Baru Undip

SEMARANG- Senat Undip akan mengukuhkan Ir R Siti Rukayah MT sebagai doktor di Gedung Pascasarjana Jalan Imam Bardjo SH, hari ini (15/5) pukul 10.00. Dia merupakan doktor ke-3 di Program Doktor Arsitektur dan Perkotaan Undip dan doktor ke-119 di Undip.

Siti yang lulusan S1 Fakultas Teknik Arsitektur Undip (1992) dan Magister Teknik Arsitektur Undip (1998), mengambil judul disertasi “Simbiosis di Ruang Terbuka Kota di Simpanglima Semarang” dengan promotor Prof Dr Ir Sugiono Soetomo CES DEA dan co-promotor Dr Ir Joesron Alie Syahbana.


“Konsep kota dengan dua ruang terbuka merupakan upaya untuk mengonservasi ruang-ruang terbuka tradisional dan upaya menciptakan ruang terbuka baru guna menampung gairah investasi di perkotaan,” ungkap ibu tiga anak tersebut.

Sumber : Suara Merdeka

Read more.....

Jumat, 18 Desember 2009

Arsitektur Undip Juara III Desain Taman

SEMARANG - Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip menjadi juara III Sayembara Gagasan Perancangan 2009 Taman Kota Kebun Pisang Penjaringan Jakarta, Senin (1/12).

Konsep desain Alphana Fridia Chessna, Paramadia Kartika, Zuhri Ferdeli, dan Sofan Nuri itu mengalahkan 42 karya lain dari seluruh Indonesia. Juara I lomba yang digelar Dinas Pertamanan DKI Jakarta itu adalah IPB, sedangkan juara II alumni UI.

Dr Ir Edy Purwanto MT, dosen pembimbing keempat mahasiswa itu, menyatakan konsep desain mereka berjudul ”Eco Natural Garden City”. Konsep itu menawarkan alternatif desain taman 4,9 ha berbasis ekologi dan estetik.

Ekologi diwujudkan dengan membatasi ruang bagi kendaraan bermotor yang masuk ke taman agar oksigen tak tercemar. Taman juga dilengkapi polder pengendali banjir, mengingat wilayah itu sering terlanda banjir.


”Kendala dalam mendesain, selain bentuk lahan tipis dan memanjang seperti lintah, juga jenis tanah lempung tak memungkinkan semua jenis tanaman bisa hidup di sana,” ujarnya.

Karena itu, mereka memilih jenis tanaman peneduh dan hias seperti pohon aren, jambu mete, jeruk besar, mawar, dan perdu untuk menghias taman kota tersebut. Selain itu, tanaman pisang sebagai ciri khas taman juga dipertahankan.
Daya Tarik Lokasi kebun pisang Penjaringan yang merupakan akses keluar-masuk ke Bandara Soekarno-Hatta menjadi poin tersendiri sebagai daya tarik Jakarta. Taman itu didesain terdiri atas dua zona, yakni taman pasif untuk paru-paru kota dan taman aktif yang bisa diakses masyarakat.

Taman kota kebun pisang itu dirancang juga terdiri atas memiliki 20% area air berupa polder, 50% area hijau, dan 30% area publik seperti fasilitas taman bermain, jogging track, dan dermaga, sekaligus dilengkapi dengan tower komunikasi.

”Kami menghindari desain taman yang bisa dipakai tidur oleh gelandangan dengan menerapkan model jogging track,” katanya.
Salah satu kelebihan taman itu, tutur dia, adalah memasukkan aspek sosial dalam proses desain.

Masyarakat sekitar yang sebagian besar masyarakat menengah ke bawah dilibatkan dengan bisa mengambil hasil dari kebun pisang serta menggunakan area bermain.

Dr Ir Eddy Prianto CES DEA, sebagai dosen koordinator, menyatakan pada ajang yang diikuti mahasiswa arsitektur dan arsitektur profesional itu, Arsitektur Undip mengirim 15 tim.

Setiap tim terdiri atas empat mahasiswa dan seorang dosen pembimbing. Dua tim lolos ke peringkat sepuluh besar. Namun hanya satu tim yang masuk peringkat ketiga.

Sumber : Suara Merdeka

Read more.....

Jumat, 12 Juni 2009

Keberadaan Kampung di Kota Perlu Dipertahankan

SEMARANG, KOMPAS - Perkembangan kota yang didorong oleh proses globalisasi perlu dikendalikan untuk melindungi masyarakat kelas ekonomi lemah. Oleh karena itu, keberadaan kampung sebagai sebuah ruang untuk menumbuhkan aktivitas ekonomi perlu dipertahankan.

Sudarmawan Juwono menyampaikan hal tersebut dalam disertasinya yang berjudul "Kampung Kuningan di Kawasan Mega Kuningan Jakarta: Kebertahanan Kampung dalam Perkembangan Kota" ketika ujian promosi doktor, di Gedung Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Kota Semarang, Kamis (11/6). Sudarmawan merupakan lulusan pertama Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan Undip.


Sudarmawan mengatakan, keberadaan sebuah kampung di tengah padatnya gedung-gedung pencakar langit dapat memberi ruang bagi sektor informal untuk tumbuh. Dengan demikian, kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat memiliki peluang untuk bertahan.

"Kampung tersebut dapat dijadikan untuk usaha kos-kosan, kontrakan, maupun rumah makan bagi para karyawan yang bekerja di gedung," ucapnya.

Hal ini menunjukkan adanya simbiosis mutualisme antara perkembangan kota dengan keberadaan sebuah kampung yang memiliki fungsi yang disebut dengan teori integrasi. Ini seperti yang terdapat di Kampung Kuningan ataupun Jalan Jaksa," katanya.

Kampung juga menjadi cerminan nilai-nilai lokal yang dapat dipertahankan di tengah serbuan produk globalisasi. Kampung juga menjadi perekat kehidupan sosial karena memiliki ruang bersama yang dapat digunakan secara kolektif.

Sumber : Kompas

Read more.....

Kampung Kuningan yang Terus Bertahan

SEMARANG - Kampung Kuningan bertahan di tengah-tengah pembangunan kawasan segi tiga emas Kuningan dan Mega Kuningan, Jakarta. Sudarmawan Juwono memaparkan kebertahanan kampung di Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, itu saat ujian promosi terbuka program doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan Program Pascasarjana Undip di Gedung Pascasarjana Undip, Jalan Imam Bardjo, Semarang, kemarin.

Di hadapan penguji, antara lain Rektor Undip Prof Dr dr Susilo Wibowo MS Med Sp And, Prof Dr Ir Sugiono Soetomo DEA (promotor), dan Prof Ir Eko Budihardjo MSc, pria kelahiran Wonosobo, 22 November 1966, itu memaparkan disertasi ”Kampung Kuningan di Kawasan Mega Kuningan Jakarta, Kebertahanan Kampung dalam Perkembangan Kota.”


Dia menyatakan fakta sejarah dan tradisi lisan menunjukkan Kampung Kuningan memiliki akar sejarah sebagai kampung Betawi. ”Aktivitas sehari-hari warga, nilai sosial budaya seperti mata pencaharian, tradisi, adat-istiadat, kebiasaan, dan hubungan kemasyarakatan masih dilestarikan di sana.”

Pengajar arsitektur Universitas Bung Karno dan Universitas YAI Persada Jakarta itu menuturkan kampung itu sekarang bertahan dengan segala aktivitas, morfologi, serta kehidupan warga. ”Bahkan ada 'unsur' kampung yang diakomodasi di kawasan modern.”

Dia menyatakan perubahan wujud, fungsi, dan keberadaan kampung erat berkait dengan perkembangan Mega Kuningan. Puncak perkembangan 1994-1997 ditandai dengan perkembangan estate developement Mega Kuningan sebagai bagian pembangunan segi tiga emas Kuningan yang menggusur sebagian besar Kampung Kuningan. Kampung yang tersisa bertahan, menyesuaikan diri dengan perkembangan kawasan.

Namun, kata pegawai PT Pos Indonesia itu, ada ancaman yang terlihat dari perubahan sosiospesial. Meski ada pula kemampuan mempertahankan makam dan masjid. ”Ruang-ruang itu inti nilai-nilai keruangan yang tak dapat ditembus kekuatan sosial ekonomi.”

Ruang itu ditransformasikan sebagai ruang bersama sehingga bernilai fungsional dan simbolik. Proses itu wujud pelestarian yang mengintegrasikan kampung dalam perkembangan kota.

Bisa disimpulkan, ujar peraih predikat cum laude dengan IPK 3,77 itu, Kampung Kuningan merupakan permukiman yang memiliki nilai sosial budaya, latar belakang sejarah, tradisi Betawi, dan Islam. Kampung itu tumbuh secara fungsional sebagai tempat tinggal dan ruang kerja bagi warga.

Berbagai investasi ekonomi dan sosial didasari spirit kampung untuk mempertahankan jiwa kampung tetap berkembang. ”Namun jika perkembangan kawasan dan kampung dibiarkan mengikuti mekanisme pasar akan menurunkan manfaat fungsional kampung. Karena itu pemerintah perlu mempertahankan dan menetapkan pelestarian ruang dan kehidupan Kampung Kuningan yang tersisa sebagai bagian keragaman kawasan Kuningan.”

Sumber: Suara Merdeka

Read more.....

Rabu, 01 April 2009

Tantangan Arsitek Indonesia Semakin Berat

Medan - Tantangan para arsitek Indonesia di masa yang akan datang semakin besar seiring dengan adanya kesepakatan pasar bebas ASEAN pada 2015.

“Dengan adanya pasar bebas itu, maka para arsitek ASEAN dapat bekerja di semua negara-negara anggota ASEAN. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi arsitek kita bagaimana agar terus menambah ilmunya dan siap bersaing dengan arsitek-arsitek dari negara-negara lainnya,” kata Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Sumut, Ir.Tavip K. Mustafa, di Medan, Rabu [11/03] .

ASEAN adalah Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara. ASEAN beranggotakan sepuluh negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Vietnam.


Ia mengatakan, dewasa ini dunia konstruksi di Indonesia sedang berubah dengan cepat tidak terkecuali dunia arsitektur yang dimulai dengan munculnya Undang-Undang No 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi di mana UU mewajibkan semua pekerja konstruksi mempunyai sertifikat.

Hal ini telah ditindaklanjuti oleh IAI dengan menerbitkan sertifikat keahlian arsitek AIA. Selanjutnya pemerintah Indonesia juga telah menandatangani kesepakatan MRA (Mutual Recognition Arrangement) yang merupakan tindak lanjut dari kesepakatan pasar bebas ASEAN. “Hal ini merupakan kesempatan kerja yang sangat besar bagi para arsitek kita, namun para arsitek Indonesia harus terus membekali diri dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Saat ini, kata dia, pihaknya sedang menunggu terbitnya Undang-Undang arsitek dimana RUU Arsitek sudah diagendakan oleh DPR untuk diselesaikan sebelum masa bakti DPR 2004-2009 berakhir. “Kita berharap RUU arsitek dapat segera disahkan menjadi UU sekaligus menjadi kado ulang tahun IAI yang ke-50. Semoga UU itu kelak dapat menjamin kehidupan profesi arsitek sesuai dengan tujuan berdirinya IAI,” katanya.
Untuk itu, tambahnya, para arsitek harus menyambut baik dan mendukung UU tersebut secara aktif dengan cara segera bergabung pada IAI dan mengurus sertifikat profesionalnya serta aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh IAI.

“Tahun 2009 ini IAI berumur 50 tahun. Dari awal pembentukanya IAI telah menyatakan diri sebagai wadah bagi arsitek murni di mana IAI adalah perencana bangunan yang berdiri di pihak pemilik bangunan dan terpisah dari pelaksana bangunan dengan tujuan terwujudnya dunia arsitektur Indonesia yang sehat,” katanya.

Sumber : Berita Sore


Read more.....

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008