Jumat, 03 April 2009

Di antara Ruang, Memori, dan Arsitektur

Saptono Istiawan

"Penny Lane is in my ears and in my eyes.

There beneath the blue suburban skies..."

(Penny Lane bersemayam dalam ingatan pendengaranku dan kenangan penglihatanku. Nun di sana, dalam naungan birunya langit pinggiran kota).

Penny Lane adalah nama sebuah jalan di pinggiran kota Liverpool di Britania Raya, yang di sepanjang kedua sisinya berdiri toko-toko mirip Jalan Sabang di Jakarta Pusat atau Jalan Braga di Bandung, Jalan KH Agus Salim di Semarang atau jalan Somba Opu di Makassar. Amat mudah bagi yang sering mengunjungi tempat semacam itu untuk mendapatkan kenangan yang amat kaya dengan warna-warna kehidupan. Persis seperti yang digambarkan dalam lagu Penny Lane. "Ada tukang cukur dengan pelanggan setianya, bankir pasar, bahkan gambaran kehidupan sehari-hari awak pemadam kebakaran setempat".

Paul McCartney dari the Beatles menyanyikan lagu tentang salah satu tempat kenangan masa kecil di kota kelahirannya dengan indah, tetapi tentunya diwarnai nada sendu yang menyatakan kerinduan dan sedikit kebanggaan.


Lagu yang menjadi hit dunia pada tahun 1967 ini hanya salah satu contoh dari banyak lagu yang memuja-muja suatu tempat dalam kenangan perjalanan hidup seseorang. Betapa suatu tempat tertentu lebih dari sekadar pantas untuk dikenang sepanjang hidup dari setiap generasi yang pernah menjadi pengunjung tetapnya.

Di manakah Anda menghabiskan waktu luang Anda di masa kecil? Di masa remaja? Suatu tempat di mana Anda merasa handarbeni (belonging)? Suatu tempat yang sedikit demi sedikit, tetapi secara permanen mengukir ruang dalam memori jangka panjang Anda. Kemudian ruang memori itu dalam benak Anda seolah-olah menjadi semacam kanvas lukisan di mana semua kenangan indah dalam hidup Anda dilukiskan hampir seperti nyata.

Tentu saja tempat tersebut juga menjadi tempat kenangan bagi ratusan ribu atau jutaan warga lainnya. Kenangan yang akan diteruskan dari generasi ke generasi. Mungkin saja kenangan muncul tanpa acuan waktu, tetapi tidaklah mungkin kenangan muncul dalam tempat kosong sama sekali.

Masih ingatkah Anda gedung Harmonie yang berdiri di tempat yang sekarang kantor Sekretariat Negara? Tentu banyak di antara Anda masih ingat, tetapi dengan segala penyesalan dan rasa kehilangan. Yang tinggal hanya nama tempatnya. Untunglah masih tersisa banyak bangunan bernilai sejarah yang berserakan di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar, di Indonesia.

Jangan lengah! Bangunan bersejarah umumnya menempati posisi strategis di tengah kota. Dan, kestrategisan itu punya potensi ekonomi yang mengundang perhitungan-perhitungan ekonomi kelas berat dari para investor properti dan penguasa kota. Sayang sekali perhitungan-perhitungan mereka biasanya tidak memasukkan nilai-nilai yang tak teraba (intangible values) dan juga biaya-biaya yang tersembunyi kalau perhitungannya membenarkan perobohan bangunan bersejarah demi lokasinya. Lihat saja, misalnya, bangunan Hotel Des Indes di Jalan Gajah Mada, sebuah hotel yang tentunya pernah menyimpan banyak cerita kehidupan kelas tertentu di Batavia abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang sekarang disulap menjadi pusat pertokoan Duta Merlin.

Semua itu belum terhitung gedung tempat dibacakannya teks Proklamasi. Walaupun sekarang digantikan oleh bangunan patriotik (Gedung Pola dan Monumen Proklamasi), tetapi berapa banyak catatan dan kenangan sejarah berdirinya Republik Indonesia ini ikut terbabat bersamaan dengan robohnya gedung rumah tinggal di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 itu?

Di kota Semarang sekarang ini ada sebuah bangunan yang bersejarah dan sarat kenangan yang terancam digusur. Ratusan arsitek, arkeolog, budayawan Indonesia yang menganggap bangunan Pasar Johar tersebut sarat nilai berusaha mencegah niat Wali Kota Semarang Sutawi Sukarip merobohkan bangunan yang sebenarnya dilindungi UU Cagar Budaya.

Profesor Eko Budihardjo MSc, arsitek perencana kota dan budayawan Universitas Diponegoro bahkan mengatakan, kehilangan bangunan bersejarah bagi suatu kota ibarat kehilangan ingatan bagi seseorang. Ia mengacu kepada banyaknya bangunan bernilai sejarah yang terancam di kota Semarang.

Sudah saatnya semua pihak yang terkait dengan perkembangan suatu kota, baik itu wali kota, investor properti, perencana lingkungan, maupun arsitek mempertimbangkan nilai-nilai yang tak teraba, tetapi tak tergantikan dalam mengembangkan suatu kota. Masa lalu dari suatu tempat sama pentingnya dengan masa kini dan masa depan. Ibarat akar yang tak tampak, yang memiliki nilai sama dengan batang, daun, dan buah bagi suatu pohon.

Sumber : Kompas

Saptono Istiawan, Arsitek

Read more.....

Rabu, 01 April 2009

Tantangan Arsitek Indonesia Semakin Berat

Medan - Tantangan para arsitek Indonesia di masa yang akan datang semakin besar seiring dengan adanya kesepakatan pasar bebas ASEAN pada 2015.

“Dengan adanya pasar bebas itu, maka para arsitek ASEAN dapat bekerja di semua negara-negara anggota ASEAN. Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi arsitek kita bagaimana agar terus menambah ilmunya dan siap bersaing dengan arsitek-arsitek dari negara-negara lainnya,” kata Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Sumut, Ir.Tavip K. Mustafa, di Medan, Rabu [11/03] .

ASEAN adalah Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara. ASEAN beranggotakan sepuluh negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Myanmar, Laos, Kamboja, dan Vietnam.


Ia mengatakan, dewasa ini dunia konstruksi di Indonesia sedang berubah dengan cepat tidak terkecuali dunia arsitektur yang dimulai dengan munculnya Undang-Undang No 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi di mana UU mewajibkan semua pekerja konstruksi mempunyai sertifikat.

Hal ini telah ditindaklanjuti oleh IAI dengan menerbitkan sertifikat keahlian arsitek AIA. Selanjutnya pemerintah Indonesia juga telah menandatangani kesepakatan MRA (Mutual Recognition Arrangement) yang merupakan tindak lanjut dari kesepakatan pasar bebas ASEAN. “Hal ini merupakan kesempatan kerja yang sangat besar bagi para arsitek kita, namun para arsitek Indonesia harus terus membekali diri dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Saat ini, kata dia, pihaknya sedang menunggu terbitnya Undang-Undang arsitek dimana RUU Arsitek sudah diagendakan oleh DPR untuk diselesaikan sebelum masa bakti DPR 2004-2009 berakhir. “Kita berharap RUU arsitek dapat segera disahkan menjadi UU sekaligus menjadi kado ulang tahun IAI yang ke-50. Semoga UU itu kelak dapat menjamin kehidupan profesi arsitek sesuai dengan tujuan berdirinya IAI,” katanya.
Untuk itu, tambahnya, para arsitek harus menyambut baik dan mendukung UU tersebut secara aktif dengan cara segera bergabung pada IAI dan mengurus sertifikat profesionalnya serta aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh IAI.

“Tahun 2009 ini IAI berumur 50 tahun. Dari awal pembentukanya IAI telah menyatakan diri sebagai wadah bagi arsitek murni di mana IAI adalah perencana bangunan yang berdiri di pihak pemilik bangunan dan terpisah dari pelaksana bangunan dengan tujuan terwujudnya dunia arsitektur Indonesia yang sehat,” katanya.

Sumber : Berita Sore


Read more.....

Arsitektur Unik Warisan Dinasti Seljuk


Jejak-jejak kejayaan Islam dapat dirunut dari peninggalan arsitektur Islam di berbagai wilayah di dunia. Peninggalan arsitektur Islam ini tidak hanya terpusat di jazirah Arab sebagai tempat lahirnya kebudayaan Islam, tetapi juga menyebar ke arah timur melalui Mesopotamia, Persia, Turki, hingga lembah Sungai Indus. Sedangkan ke arah barat masuk ke Siria, Mesir, Spanyol, Marokko, hingga merambah ke berbagai benua, memasuki Cina, Indonesia, dan daratan di Eropa.

Kejayaan Islam dalam bidang kebudayaan tersebut hingga kini masih bisa kita saksikan dalam wujud bangunan, baik berupa masjid, istana, makam, madrasah (sekolah), maupun bangunan lainnya peninggalan Khilafah Islamiyah.


Sejarah mencatat orang-orang Turki dikenal sebagai bangsa yang banyak memiliki andil dalam pengembangan arsitektur Islam ke negara-negara lainnya. Andil mereka dapat dilihat pada bangunan-bangunan yang telah berdiri sejak Dinasti Seljuk memegang tampuk kekuasaan Khilafah Islamiyah pada abad ke-11 M hingga 14 M. Dinasti ini merupakan kekaisaran Islam pertama Turki yang memerintah dunia Islam. Kekuasaan yang digenggamnya begitu luas meliputi Asia Tengah dan Timur Tengah, terbentang dari Anatolia hingga ke Punjab di belahan selatan Asia.

Kekaisaran Seljuk memang dikenal sangat mendukung dan mendorong perkembangan kebudayaan, salah satunya seni bina bangun atau arsitektur. Tak heran, bila pada era kekuasaan Dinasti Seljuk, banyak berdiri karya arsitektur yang mengagumkan. Dinasti ini mampu menghidupkan kembali pencapaian Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah dalam bidang arsitektur.

Variasi dan kualitas ornamen-ornamen serta bentuk dan teknik arsitektur peninggalan Dinasti Seljuk mampu menjadi inspirasi bagi para arsitek Muslim dan para ahli batu di seluruh dunia. Keunggulan dan kehebatan arsitektur warisan Dinasti Seljuk dapat disaksikan dari bangunan-bangunan peninggalan bersejarah di Iran, Anatolia, serta wilayah Asia minor Muslim.

Para arsitek dunia mencatat ada dua karya seni arsitektur yang paling unik warisan Dinasti Seljuk, yakni caravanserai (tempat singgah bagi para pendatang) serta madrasah. Caravanserai banyak berdiri di wilayah kekuasaan Seljuk lantaran dinasti itu amat mendorong perdagangan dan bisnis. Sedangkan gedung madrasah yang menyebar di daerah kekuasaan Kerajaan Seljuk, mencerminkan geliat aktivitas pendidikan.

Kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur begitu besar. Sejarah mencatat beberapa kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang arsitektur, antara lain: pertama, memperkenalkan konsep baru tempat iman masjid. Kedua, mengembangkan dan memperbanyak madrasah untuk sarana pendidikan. Ketiga, memperkenalkan caravanserai. Keempat, mengembangkan dan mengkolaborasi arsitektur makam.

Kelima, keberhasilan membangun kubah berbentuk kerucut. Keenam, mempromosikan penggunaan motif-motif (muqarnas). Ketujuh, memperkenalkan elemen pertama seni (baroque) yang menyebar ke seluruh Eropa di abad ke-16 M. Karena itu, kehebatan dan keunikan gaya ersitektur Seljuk telah diakui dunia, termasuk arsitektur modern. Para arsitek Barat pun banyak belajar dari arsitektur Seljuk.


Ragam Arsitektur Seljuk

Caravanserai

Penguasa Dinasti Seljuk begitu banyak membangun caravanserai atau tempat singgah bagi para pendatang atau pelancong. Caravanserai dibangun untuk menopang aktivitas perdagangan dan bisnis. Para pelancong dan pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di caravanserai selama tiga hari secara cuma-cuma alias gratis.

Di caravanserai itulah, para pendatang akan dijamu dengan makanan serta hiburan. Secara fisik, bangunan caravanserai terdiri atas halaman, bangunan gedungnya dipercantik dengan membentuk pola lengkungan. Dalam caravanserai terdapat kamar menginap, depo, kamar pengawal, serta tersedia juga kandang untuk alat transportasi seperti kuda.

Caravanserai dikelola oleh sebuah lembaga donor. Organisasi itu pertama kali didirikan di Rabat Malik. Caravanserai di wilayah Iran itu menjadi cikal bakal berdirinya tempat singgah khas Dinasti Seljuk. Caravanserai pertama itu dibangun pada tahun 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara-Samarkand. Struktur bangunan caravanserai Seljuk meniru istana padang Dinasti Abbasiyah. Bentuknya segi empat dan ditopang dengan dinding yang kuat.

Madrasah

Menurut ahli etimologi Eropa, Van Berchem, para arsitektur di era Dinasti Seljuk mulai mengembangkan bentuk, fungsi, dan karakter masjid. Bangunan masjid diperluas menjadi madrasah. Bangunan madrasah pertama muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid.

Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh Perdana Menteri yang berkuasa pada masa kekaisaran Seljuk, Nizam al-Mulk, menjadi bangunan publik. Sang emir terispirasi oleh penguasa Ghasnavid dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizam al-Mulk terdapat di Baghdad sekitar tahun 1065-1067 M.

Fakta menunjukkan, madrasah yang dibangun antara tahun 1080 M hingga 1092 M di Kharghird, Khurasan, sudah menggunakan empat iwan. Secara fisik, bangunan madrasah Seljuk terdiri atas halaman gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi empat iwan. Selain itu, juga ada asrama dan ruang belajar.

Salah satu madrasah terbaik yang bisa dijadikan contoh berada di Anatolia. Bangunan madrasah itu menerapkan karakter khas Iran, termasuk penggunaan iwan dan menara ganda yang membingkai pintu gerbang.

Menara Masjid

Bentuk menara masjid-masjid di Iran yang dibangun Dinasti Seljuk secara substansial berbeda dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Seljuk mengadopsi menara silinder sebagai ganti menara berbentuk segi empat.

Makam

Pada era kejayaan Dinasti Seljuk pembangunan makam mulai dikembangkan. Model bangunan makam Seljuk merupakan pengembangan dari tugu yang dibangun untuk menghormati penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan makam yang dikembangkan para arsitek Seljuk mengambil dimensi baru.

Bangunan makam yang megah dibangun pada era Seljuk tak hanya ditujukan untuk menghormati para penguasa yang sudah meninggal. Tapi, para ulama dan sarjana atau ilmuwan terkemuka juga mendapatkan tempat yang sama. Tak heran, bila makam penguasa dan ilmuwan terkemuka di era Seljuk hingga kini masih berdiri kokoh.

Bangunan makam Seljuk menampilkan beragam bentuk, termasuk oktagonal (persegi delapan), berbentuk silinder, dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah, terutama di Iran. Selain itu, ada pula yang atapnya berbentuk kerucut, terutama di Anatolia. Bangunan makam biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah.

Masjid

Inovasi para arsitektur Dinasti Seljuk yang lainnya tampak pada bangunan masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri atas sebuah kubah dan berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas, seperti caravanserai dan madrasah. (dari berbagai sumber).

Sumber : Republika


Read more.....

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008