Senin, 20 Oktober 2008

Tak Selamanya Mengerikan


Wisata Bersama : Dr. Ir. Gagoek Hardiman (Sekretaris Progdi S3 ARSKOT/2008-2012)

Beberapa masjid di Arab Saudi yang dikenal masyarakat Indonesia antara lain Masjidil Haram, Masjid Kucing, dan Masjid Jin di Makkah atau Masjid Nabawi, Masjid Quba, dan Masjid Qiblatain di Madinah. Di Kota Jeddah pun ada masjid yang sering dikunjungi jamaah haji dan umroh dari Indonesia, yaitu Masjid Qisosh dan Masjid Terapung di laut Merah.

Dari beberapa masjid tersebut, nama Masjid Qisosh patut dituliskan karena keunikannya sebagai salah satu tempat pelaksanaan hukum qisosh(pemotongan sebagian anggota tubuh atau pemenggalan kepala di depan umum). Lokasinya sangat strategis karena berada di tepi danau indah, di samping taman kota yang asri, dekat dengan bangunan-bangunan kuno yang dilestarikan, serta dekat pula dengan pusat perbelanjaan Balad.


Sesuai dengan sebutannya, di halaman masjid itu secara periodik dilaksanakan eksekusi berdasarkan hukum Islam yang diterapkan secara ketat di Arab Saudi terhadap narapidana. Biasanya itu berlangsung pada hari Jumat.
Pada tahun 2007, jumlah hukuman pancung kepala di seluruh Saudi Arabia tercatat 153 orang. Berita memilukan datang pada kita di awal tahun ini ketika seorang TKW bernama Yanti dihukum pancung. Itu pemancungan kedua di tahun ini yang dilaksanakan di provinsi yang ada di barat daya Kota Assir.

Kalau di Indonesia hukuman mati dilaksanakan di tempat yang sangat dirahasiakan dan tertutup untuk umum, di Arab Saudi justru dilaksanakan di tempat terbuka dan dapat disaksikan khalayak ramai. Kita mungkin ngeri menyaksikan hukuman qisosh itu. Tapi bagi orang Arab Saudi, eksekusi seperti itu adalah pemandangan yang galib.
Pelaksanaan hukuman di tempat terbuka itu tentu bertujuan agar masyarakat takut berbuat jahat dan pelaku kejahatan jera mengulangi kesalahannya. Meski begitu, aspek kemanusiaan pun tetap diperhatikan. Jadi, misalnya berdasarkan keputusan pengadilan, seseorang harus dipotong lengannya, setelah eksekusi dia langsung dibawa ambulans ke rumah sakit dan dirawat sampai sembuh 100%.

Yang jelas, kalau melihat eksekusi qisosh, kita tak boleh mengabadikan dengan kamera. Rambu bertulisan "No photography" terpasang di beberapa tempat di sekitar pendapa pelaksanaan eksekusi. Di luar jadwal eksekusi, asal tidak ada askar (polisi Arab Saudi) yang melihat, dan kalau berani, bisa mencoba mengambil foto lanskap di situ. Tentu saja risiko ditanggung sendiri. Namun saat ada pelaksanaan eksekusi qisosh, jangan coba-coba memberanikan diri mengambil foto kalau masih menginginkan lengan dan tangan kita tetap utuh.

Lokasi Masjid Qisosh memang sangat strategis. Sekitar 100 meter di utara masjid, terdapat Hotel Al Azhar. Seperti yang terjumpai di penginapan (maktab) Makkah dan Madinah, di halaman hotel dan halaman Masjid Qisosh selalu ada pedagang makanan dan kue khas Indonesia yang menggelar dagangan ala kaki lima. Ada kerupuk, kacang hijau, tahu, tempe, sayur lodeh, nasi kuning, nasi goreng, nasi gurih, sate ayam, sate kambing, dan banyak lagi lainnya. Tiap bungkus atau potongnya dijual seharga satu real Arab Saudi.

**

DI kala tidak ada eksekusi, Masjid Qisosh merupakan kawasan yang sangat indah dan menarik. Di sekitar lahan eksekusi terdapat danau indah dan taman kota yang cantik menarik. Bahkan, di dekat masjid terdapat kawasan kota lama yang eksotis dan pusat perbelanjaan Balad yang sangat diminati oleh wisatawan.

Memang, berkat kemajuan teknologi serta dana yang memadai, lanskap di sekitar Masjid Qisosh bukan lagi berupa gunung batu dan padang pasir khas Arab Saudi melainkan tampak bagai "taman firdaus" dengan berbagai pohon, bunga, plus air mancur memesona.
Penanaman pohon menerapkan teknologi canggih dengan biaya besar. Areal yang direncanakan untuk taman harus digali dan diisi dengan tanah yang didatangkan dari negara lain sehingga sistem pelaksanaannya menyerupai pembuatan pot raksaksa.

Mengingat curah hujan yang sangat kecil sesuai iklim tropis kering, prasarana irigasi untuk taman pun sangat canggih, jaringan air dilengkapi keran untuk memancarkan air yang dapat menyiram setiap jengkal areal taman. Air itu berasal dari air laut yang diproses menjadi air tawar. Jenis tanaman eksotis yang terdapat dalam taman antara lain tanaman yang umumnya hidup di daerah tropis lembab, misalnya pohon kamboja (Plumeria acuminata), kelapa (Cocos nucifera), dan banyak lagi lainnya.

Taman di Jeddah pada umumnya dilengkapi dengan patung. Namun sesuai dengan aturan setempat, patung berwujud makhluk hidup baik binatang maupun manusia tidak diperkenankan. Taman di seberang jalan Masjid Qisosh juga dilengkapi dengan patung komposisi tiga kubah masjid yang terlihat artistik. Sebagai landmark atau tetenger, di sebelah barat masjid terdapat patung cangkang kerang laut yang terletak di tepi danau. Patung-patung tersebut sangat jelas dipandang dari pendapa pelaksanaan eksekusi qisosh karena jaraknya hanya sekitar 50 meter.

Salah satu patung di kota pelabuhan Jeddah yang paling terkenal di kalangan jamaah haji Indonesia adalah patung sepeda raksaksa yang tingginya lebih kurang 10 meter. Patung yang diperkenalkan kepada para jamaah haji dalam paket "city tour" sebagai "sepeda Nabi Adam". Tentu saja itu hanya sebuah lelucon. Yang jelas paket wisata keliling kota itu sudah termasuk dalam paket ONH sehingga sayang kalau dilewatkan. Apalagi tujuan kunjungannya begitu penting seperti Makam Siti Hawa, Laut Merah, atau Masjid Terapung.

Keindahan lingkungan sekitar Masjid Qisosh semakin lengkap karena di sebelah baratnya terhampar danau yang sangat indah dengan warna biru lazuardi yang bening serta efek pantulan cahaya matahari yang keperak-perakan. Selain itu, tepat di halaman masjid di samping danau, wisatawan yang datang berkesempatan naik unta yang dihias dengan sangat artistik sekaligus difoto dengan kamera langsung jadi dengan biaya 10 real Arab Saudi. Kalau ingin berkeliling danau yang luas dengan naik unta itu, tentu kita mesti mengeluarkan biaya yang sangat besar. Selain dengan unta, perahu dayung juga tersedia untuk menikmati keindahan panorama sekeliling danau. Panasnya Jeddah di siang hari seperti tak terasa kalau kita menatap panorama danau yang sejuk, nyaman, dan segar.

Yang pasti, komposisi antara keanggunan Masjid Qisosh, biru lazuardi air danau, dan hijau jamrud taman kota, saling bersinergi secara positif membentuk fenomena lingkungan yang sangat menarik dan menawan hati. Walhasil, pendapa masjid yang pada hari jumat sering dipergunakan untuk qisosh, terasa jauh dari kesan seram atau angker. Apalagi di sekitar tempat itu banyak mukimin warga negara Indonesia yang sebagian besar orang Madura yang berjualan nasi pecel, gado-gado, atau sate ayam.

Sumber : Suara Merdeka


0 komentar:

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008