Jumat, 18 Desember 2009

Saatnya Menerapkan Arsitektur Hijau

KONSEP green technology kini menjadi tuntutan masyarakat di sejumlah negara maju. Green dalam konteks ini dapat diterjemahkan sebagai ramah lingkungan.

Istilah ramah lingkungan makin merebak, setelah bumi menghadapi berbagai masalah krusial seperti isu global warming, deforestasi (penebangan liar), polusi yang meningkat, dan sebagainya. Semua itu terkait dengan aktivitas keseharian manusia yang sangat berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan.

Pencemaran juga dipicu oleh perkembangan teknologi saat ini. Teknologi, di satu sisi, memang dapat memerbaiki bahkan mendukung kehidupan manusia. Tetapi di sisi lain juga bisa menghancurkan. Dalam konteks inilah isu teknologi hijau makin kencang terdengar.


Banyak hal bisa dilakukan untuk menerapkan teknologi hijau, misalnya melalui green computing dan green architecture (arsitektur hijau). Green computing adalah perilaku menggunakan sumber daya komputasi secara efisien, dengan memaksimalkan efisiensi energi, memperpanjang masa pakai perangkat keras, meminimalkan penggunaan kertas, dan beberapa hal teknis lainnya.

Sedangkan arsitektur hijau adalah proses rancang bangun untuk mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, meningkatkan kenyamanan manusia dengan peningkatan efisiensi, pengurangan penggunaan sumberdaya, energi dan pemakaian lahan, maupun pengelolaan sampah yang efektif dalam tataran arsitektur.

Jika kita ingin merenovasi rumah, ada baiknya menggunakan konsep arsitektur hijau. Tak bisa diungkiri, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara maju dalam aplikasi konsep ini.

Bisa dipahami, karena mereka lebih dulu memahaminya dengan baik dan menerapkannya untuk rumah / bangunan sehingga tercipta properti yang ramah lingkungan. Membangun rumah berkonsep arsitektur hijau sejatinya tak identik dengan biaya mahal, tapi selaras dengan prinsip ekonomi dan merupakan investasi jangka panjang, memiliki nilai tinggi serta nyaman dihuni.

Kita nantinya justru diuntungkan dengan arsitektur hijau, karena konsentrasi oksigen di kawasan hijau lebih tinggi, udara lebih segar, air lebih bersih, serta limbah lebih sedikit.
Mengurangi Emisi Selain itu, perumahan berkonsep arsitektur hijau berarti turut berperan mengurangi emisi penyebab pemanasan global dan menjaga kelestarian lingkungan.

Membangun hunian dengan konsep hijau bukan sekadar membangun permukiman dengan taman dan pepohonan di kiri-kanan jalan. Lebih dari itu, secara luas berarti berwawasan lingkungan dan proses berkelanjutan meliputi keseimbangan ekologis, desain rumah yang ramah lingkungan, pemberdayaan bagi penghuni, serta penegakan hukum sesuai tata ruang dan wilayah, juga memerhatikan etika dan kenyamanan warga.

Hunian hijau bertujuan mengembangkan kawasan dengan memperhatikan penghijauan, yaitu penanaman pohon yang secara optimal mampu menyerap polutan.

Selain itu, properti hijau juga menyangkut tata guna lahan, konservasi air bersih, ruang terbuka hijau, penerapan pola hemat energi, material bangunan, pengolahan sampah dan air kotor, serta memerhatikan transportasi / aksesbilitas. Keuntungan yang diperoleh dari lingkungan hijau terhadap kesehatan adalah dapat mereduksi pencemaran udara, bisa menyejukkan perasaan sehingga mengurangi stress atau depresi, memberi supply udara bersih pada wilayah sekitar permukiman. Artinya, secara keseluruhan baik bagi kesehatan dan kelestarian alam.

Nah, tentunya keselarasan hidup manusia dan alam harus tetap seimbang. Untuk mewujudkan itu semuanya, mari kita memulainya dari diri sendiri. Dengan konsep green technology yang terangkum dalam arsitektur hijau, kita dapat memberikan sumbangsih untuk lebih menghijaukan bumi ini. Sudah saatnya kita menerapkan sistem ramah lingkungan ini dalam ruang lingkup kita sehari-hari.

Sumber : Suara Merdeka
Gambar - Designshare

0 komentar:

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008