Rabu, 09 September 2009

Prof Eko menilai sudah terlalu padat Videotron jangan di Simpanglima

MUGASSARI - Pembangunan tiga titik videotron yang tersebar di sekitar Simpanglima, dinilai akan menambah kesemrawutan kawasan tersebut. Pakar tata kota Undip Prof Eko Budihardjo mengungkapkan, dengan ’rimbunnya’ kawasan Simpanglima oleh baliho, menambah kesemrawutan pusat kota Semarang itu.

’’Kenapa semua papan reklame harus berpusat dan dibuat di sekitar Simpanglima. Mestinya jangan di pusat kota saja, tapi disebar di daerah lain sehingga kosentrasi akan terbagi di daerah lain,’’ jelas Prof Eko saat dihubungi melalui ponselnya, Senin (7/9) kemarin.

Lebih lanjut mantan Rektor Undip itu mencontohkan, kawasan Semarang atas seperti Tembalang dan Gunungpati, merupakan daerah pusat keramaian yang juga perlu dikembangkan.


’’Saya berharap suasana serba rimbun, nan hijau dengan banyaknya pepohonan di kawasan Simpanglima tetap dijaga. Jangan malah dibuat rimbun dengan baliho dan pemasangan papan iklan dimana- mana,’’ tambahnya.

Pembangunan videotron di kawasan Simpanglima, tambah dia, hendaknya memperhatikan aspek-aspek lain sehingga tidak berdampak yang dapat merugikan masyarakat. ’’Jika videotron diputar, maka dapat menyebabkan kecelakaan karena para pengendara terpecah perhatiannya melihat tayangan vidiotron,” jelas Prof Eko.

Selain itu, lanjutnya, pola pembangunan yang dilakukan, jangan sampai menambah kesemrawutan Simpanglima. “Pembangunan videotron di Simpanglima, harusnya cukup satu dan bukan tiga seperti yang saat ini sedang dibangun,’’ tambahnya.

Diakui Prof Eko, pembangungan baliho, papan reklame dan videotron berdampak pada peningkatan pendapatan daerah. Namun, tambahnya lagi, pembangunan hendaknya tidak dilakukan di kawasan simpanglima. ’’Di tempat itu saat ini sudah terlalu padat jangan ditambahi dengan videotron akan tambah sumpek,’’ tandas pakar tata kota itu.

Sumpek
Sementara itu, anggota DPRD Kota Semarang Hanik Khoiru Solikah, meminta agar Pemkot Semarang benar-benar melakukan pembenahan reklame di kawasan Simpanglima.

Sebab, sekarang ini keberadaan reklame di pusat kota tersebut sudah tidak lagi memperhatikan estetika dan keindahan kota. “Saya saja merasa kawasan Simpanglima begitu sumpek dengan keberadaan reklame yang sudah seperti hutan. Tidak hanya itu, banyaknya reklame di Simpanglima justru mengurangi konsentrasi pengemudi kendaraan. Padahal, bundaran Simpanglima terhitung padat dan krodit,” beber wakil rakyat asal PDI Perjuangan ini.

Dia justru tidak mengerti dengan sikap Pemkot yang membolehkan pendirian videotron yang jumlahnya lebih dari satu unit. Bahkan, Hanik menduga hal tersebut sarat dengan kepentingan pihak tertentu. Karena itu, dia berharap agar pemkot segera meninjau ulang pendirian videotron, sekaligus mengkaji keberadaan reklame yang ada di kawasan Simpanglima. Baik dari tata letak, maupun ukurannya.

“Jangan sampai gara-gara mementingkan pendapatan asli daerah (PAD), pemkot lantas seenaknya saja memberikan izin pendirian reklame. Bagaimana pun, perlu pengkajian ulang mengenai reklame yang ada. Termasuk, pendirian videotron,” tegas Hanik.

Sumber : Wawasan
Gambar: Simpanglima

0 komentar:

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008